Hujan rintik tengah
gelap
Bayangmu kembali
terpantul
Mengusik selimut yang
telah berjaga
Cermin merah jambu
berkata pecah
Bayangmu muncul jua
Mendekat, tersenyum
damai dalam oasis
Padahal jarak mata
beradu lebih dari delapan musim berlalu
Padahal kau tahu
musim semiku hinggap padamu
Kau membalasnya
dengan musim dingin yang menorehkan luka membeku sampai kini
Dalam uap cermin
kuukir tanya padamu
Mantra apa yang telah
kau gunakan padaku hingga musim semi tumbuh hanya padamu?
Jawaban tak ada
justru bayangmu kian mendekat
Tatapan mata bayangmu
buat cermin kian jadi serpihan
Imajinasinya terasa
nyata candu
Nyanyian hujan
sadarkanku pada dinginnya air
Bukankah kita
sama-sama di bawah hujan?
Kapan mata kita
kembali beradu?
Entahlah,
Dinginnya hujan,
tarian kantuk kelopak mata
Gelap hari ini sama
sekali tak ada cahaya
Sadarkah kau bayangmu
kembali lagi terpantul di cermin merah jambuku?