Oke, aku lebay banget
sampai bisa nulis beginian. Tapi, gimana lagi. Aku benar-benar lagi pengin
curhat. Daripada curhat di facebook/twitter dengan segini panjangnya, mending
aku curhat disini.
Tahun berlalu. Hari ini tepat tanggal 01 Januari
2014 dan cuaca hari ini mendung diiringi hujan yang awet. Alhamdulillah, aku
bersyukur bisa melewati tahun baru kemarin.
Apakah aku bisa melewati tahun baru tahun ini? Entahlah, tak ada yang
tahu namun aku berharap tahun ini bisa melewati tahun baru lagi. Amin.
Baru kali ini aku terbangun saat pergantian tahun.
Tahun lalu biasanya aku cuek bebek dan tidur nyenyak di malam pergantian tahun
baru. Berbeda dengan kemarin. Aku tidur
sekitar pukul 11 malam tetapi terbangun ketika suara petasan dan kembang api
terdengar. Padahal kemarin pagi sampai sore aku jalan-jalan tetapi entah kenapa
aku ingin merasakan malam pergantian tahun. Aku ingin merasakan ‘rasa’ melepas tahun
kemarin . Oke, aku mungkin kali ini lebay,
alay atau terlalu mendramatisir.
‘Melepas tahun kemarin’ menurutku hal yang…tidak
bisa dijelaskan dengan kata-kata. Banyak hal yang terjadi tahun kemarin kurasa
dan terkadang jadi beban. Di umurku yang akan menginjak 22 tahun ini, mungkin
aku terlalu telat untuk merasakan ‘hal’ ini. Hal? Bisakah aku menyebutnya
seperti itu? Emmm…mungkin lebih tepatnya ‘rasa’. Bukannya aku tidak bersyukur
dengan tahun kemarin, bukan. Aku hanya
aku mempunyai ‘rasa’ buruk dengan tahun kemarin. Bisa disingkat, aku galau berkepanjangan
tahun kemarin. Galau disini, bukan sembarang galau. Bukan galau biasa. Bukan
galau hanya karena cinta. Bukan.
Tahun kemarin, aku sangat bersyukur bisa dianugrahi
beberapa hal. Seperti menang dalam lomba pidato, yang bahkan sampai saat ini
aku masih tak percaya aku bisa mengikutinya. Tahun kemarin aku juga menyesal
melewatkan beberapa hal. Seperti menyesal tidak mengikuti lomba pidato yang
telah ada di depan mata. Waktu itu aku ragu dan langsung saja mengikuti
pendapat orang lain untuk tidak mengikuti lomba itu. Dan tahun kemarin juga,
aku merasa seperti berada di roda dengan putaran yang sangat cepat. Setelah menang lomba pidato, entahlah aku
benar atau tidak, pendapat orang lain tentangku berubah drastis. Terkadang aku
harus menjadi ‘sosok’ asing di mata ‘mereka’. Oke, bukan ini yang membuatku
‘galau’ jadi aku hentikan ini.
Emmm…bagaimana aku menceritakan awalnya ya? Aku
bingung bagaimana ‘ini’ bisa terjadi padaku tahun kemarin. Begini, tahun lalu
(dua tahun yang lalu) aku mengalami ‘hal’ yang sangat perih, mungkin paling
perih selama ini. Oke, aku lebay. Bukan perih. Emm…rasanya seperti tertusuk
oleh jarun kecil-kecil. Bahkan terkadang sampai sekarang masih terasa. Apa
‘hal’ itu? Aku tak kan mungkin bisa menceritakannya. Bahkan aku dengan PD-nya
pernah menangis di depan teman-teman . Perlahan, semenjak itu, aku mulai jadi
orang yang gamang. Seperti kehilangan
pegangan. Waktu terus berlalu tanpa bisa menunggu sedetik pun,
sedikit-sedikit aku bisa mengusir
kegamangan itu dengan kesibukanku di tahun kemarin. Aku sampai heran, bagaimana bisa pertengahan tahun
kemarin orang semalas dan sepenakut aku bisa sesibuk itu. Sempat pula aku
berucap pada diri sendiri bahwa ingin lebih sibuk dari itu agar bisa melupakan
‘hal’ itu. Akhirnya ucapan itu tak jadi kenyataan. Semakin melupakannya,
semakin perih saat tak sengaja mengingatnya kembali. Aku menyerah pada
kesibukan itu, kurasa kesibukan itu hanya pelampiasan saja. Percuma melakukan
kesibukan jika tanpa kesukarelaan dan kefokusan, yang ada hanya badan yang akan
lelah. Aku pun kembali ke diriku semula.
Tiap kali ‘hal’ muncul, aku terkadang masih bisa mengatasinya. Bahkan perlahan
aku hampir bisa melupakannya. Ya, hampir melupakannya. Tetapi, perlahan tanpa
kusadari aku terlalu keras melupakan hingga aku merasakan ‘sesuatu’ yang baru,
‘sesuatu’ yang juga karena dipicu hal lain. ‘Sesuatu’ itu, mungkin bisa disebut ‘kesepian’.
Menuju akhir tahun, aku dibuat ‘galau’ oleh sesuatu
yang disebut ‘kesepian’. Sebenarnya, ‘kesepian’ bukanlah sesuatu yang baru
bagiku. Bahkan sejak aku TK aku sudag merasakannya. Namun ‘kesepian’ kali ini
berbeda. Bagaimana rasanya, aku bahkan tak tahu apa yang harus kukatakan. Bahkan
seorang Yuki Furukawa #plaaak*serius woy* pun terkadang tak bisa
mengalahkan ‘kesepian’ kali ini. Kesepian kali ini ‘diperparah’ dengan musim
hujan *apa hubungannya?* yang
menumbuhkan rindu pada seseorang. Rindu saja tidak apa-apa sebenarnya.
Sayangnya, rindu ini berlebihan seperti ilalang yang tumbuh luar biasa di saat
musim hujan sehingga perlu dipangkas sedemikian dan terkadang menimbulkan
‘kekosongan’. Di bulan-bulan akhir tahun kemarin, aku benar-benar seperti lagu
melankolis yang sedang tahap reff *telenovela
banget!* Sepertinya aku mungkin
mengalami fase yang biasanya dilewati remaja pada umumnya dan hebatnya aku baru
mengalaminya di tahun ke-21ku. Usia yang harusnya sudah dewasa.
Saat malam pergantian tahun , pikiranku kembali
teringat ‘Kesepian’ , ‘rindu berlebihan’, dan ‘kekosongan’ yang sering terjadi
di tahun kemarin membuatku sadar . Seharusnya aku lebih, dan lebih bersyukur. ‘Kesepian’ , ‘rindu berlebihan’, dan
‘kekosongan’ mungkin akan hilang jika aku lebih mensyukuri apa yang terjadi
pada diriku. Mensyukurinya karena hal itu tak lebih menyusahkan dari yang orang
lain rasakan.
Hidup
ini tak sesederhana yang kita pikirkan tetapi dalam menjalani hidup kita harus
sederhana. Memikirkan sesuatu yang penting memang penting tetapi lebih penting
lagi kita tak terlalu mementingkan apa yang terlalu kita pikirkan.
Itulah kata-kata yang langsung terlintas begitu melihat hujan pagi yang semakin
awet di hari pertama tahun baru. Semoga kata-kata ini membuat tahun ini lebih
bermakna dari tahun kemarin dan lalu J amin. 皆さん、新年明けまして、おめでとう。
2013年1月1日
10:40
aamiin :)
ReplyDelete*mata berkaca-kaca cantik*
makasih..*sayap terkepak*
ReplyDelete