Friday 3 January 2014

Khilaf



Oke, aku lebay banget sampai bisa nulis beginian. Tapi, gimana lagi. Aku benar-benar lagi pengin curhat. Daripada curhat di facebook/twitter dengan segini panjangnya, mending aku curhat disini.

Tahun berlalu. Hari ini tepat tanggal 01 Januari 2014 dan cuaca hari ini mendung diiringi hujan yang awet. Alhamdulillah, aku bersyukur bisa melewati tahun baru kemarin.  Apakah aku bisa melewati tahun baru tahun ini? Entahlah, tak ada yang tahu namun aku berharap tahun ini bisa melewati tahun baru lagi. Amin.
Baru kali ini aku terbangun saat pergantian tahun. Tahun lalu biasanya aku cuek bebek dan tidur nyenyak di malam pergantian tahun baru.  Berbeda dengan kemarin. Aku tidur sekitar pukul 11 malam tetapi terbangun ketika suara petasan dan kembang api terdengar. Padahal kemarin pagi sampai sore aku jalan-jalan tetapi entah kenapa aku ingin merasakan malam pergantian tahun.  Aku ingin merasakan ‘rasa’ melepas tahun kemarin . Oke, aku mungkin kali ini lebay, alay atau terlalu mendramatisir.
‘Melepas tahun kemarin’ menurutku hal yang…tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Banyak hal yang terjadi tahun kemarin kurasa dan terkadang jadi beban. Di umurku yang akan menginjak 22 tahun ini, mungkin aku terlalu telat untuk merasakan ‘hal’ ini. Hal? Bisakah aku menyebutnya seperti itu? Emmm…mungkin lebih tepatnya ‘rasa’. Bukannya aku tidak bersyukur dengan tahun kemarin, bukan.  Aku hanya aku mempunyai ‘rasa’ buruk dengan tahun kemarin.  Bisa disingkat, aku galau berkepanjangan tahun kemarin. Galau disini, bukan sembarang galau. Bukan galau biasa. Bukan galau hanya karena cinta. Bukan.
Tahun kemarin, aku sangat bersyukur bisa dianugrahi beberapa hal. Seperti menang dalam lomba pidato, yang bahkan sampai saat ini aku masih tak percaya aku bisa mengikutinya. Tahun kemarin aku juga menyesal melewatkan beberapa hal. Seperti menyesal tidak mengikuti lomba pidato yang telah ada di depan mata. Waktu itu aku ragu dan langsung saja mengikuti pendapat orang lain untuk tidak mengikuti lomba itu. Dan tahun kemarin juga, aku merasa seperti berada di roda dengan putaran yang sangat cepat.  Setelah menang lomba pidato, entahlah aku benar atau tidak, pendapat orang lain tentangku berubah drastis. Terkadang aku harus menjadi ‘sosok’ asing di mata ‘mereka’. Oke, bukan ini yang membuatku ‘galau’ jadi aku hentikan ini.
Emmm…bagaimana aku menceritakan awalnya ya? Aku bingung bagaimana ‘ini’ bisa terjadi padaku tahun kemarin. Begini, tahun lalu (dua tahun yang lalu) aku mengalami ‘hal’ yang sangat perih, mungkin paling perih selama ini. Oke, aku lebay. Bukan perih. Emm…rasanya seperti tertusuk oleh jarun kecil-kecil. Bahkan terkadang sampai sekarang masih terasa. Apa ‘hal’ itu? Aku tak kan mungkin bisa menceritakannya. Bahkan aku dengan PD-nya pernah menangis di depan teman-teman . Perlahan, semenjak itu, aku mulai jadi orang yang gamang.  Seperti kehilangan pegangan. Waktu terus berlalu tanpa bisa menunggu sedetik pun, sedikit-sedikit  aku bisa mengusir kegamangan itu dengan kesibukanku di tahun kemarin.  Aku sampai heran, bagaimana bisa pertengahan tahun kemarin orang semalas dan sepenakut aku bisa sesibuk itu. Sempat pula aku berucap pada diri sendiri bahwa ingin lebih sibuk dari itu agar bisa melupakan ‘hal’ itu. Akhirnya ucapan itu tak jadi kenyataan. Semakin melupakannya, semakin perih saat tak sengaja mengingatnya kembali. Aku menyerah pada kesibukan itu, kurasa kesibukan itu hanya pelampiasan saja. Percuma melakukan kesibukan jika tanpa kesukarelaan dan kefokusan, yang ada hanya badan yang akan lelah. Aku pun  kembali ke diriku semula. Tiap kali ‘hal’ muncul, aku terkadang masih bisa mengatasinya. Bahkan perlahan aku hampir bisa melupakannya. Ya, hampir melupakannya. Tetapi, perlahan tanpa kusadari aku terlalu keras melupakan hingga aku merasakan ‘sesuatu’ yang baru, ‘sesuatu’ yang juga karena dipicu hal lain. ‘Sesuatu’ itu, mungkin  bisa disebut ‘kesepian’. 


Menuju akhir tahun, aku dibuat ‘galau’ oleh sesuatu yang disebut ‘kesepian’. Sebenarnya, ‘kesepian’ bukanlah sesuatu yang baru bagiku. Bahkan sejak aku TK aku sudag merasakannya. Namun ‘kesepian’ kali ini berbeda. Bagaimana rasanya, aku bahkan tak tahu apa yang harus kukatakan. Bahkan seorang Yuki Furukawa #plaaak*serius woy* pun terkadang tak bisa mengalahkan ‘kesepian’ kali ini. Kesepian kali ini ‘diperparah’ dengan musim hujan *apa hubungannya?*  yang menumbuhkan rindu pada seseorang. Rindu saja tidak apa-apa sebenarnya. Sayangnya, rindu ini berlebihan seperti ilalang yang tumbuh luar biasa di saat musim hujan sehingga perlu dipangkas sedemikian dan terkadang menimbulkan ‘kekosongan’. Di bulan-bulan akhir tahun kemarin, aku benar-benar seperti lagu melankolis  yang sedang tahap reff *telenovela banget!*  Sepertinya aku mungkin mengalami fase yang biasanya dilewati remaja pada umumnya dan hebatnya aku baru mengalaminya di tahun ke-21ku. Usia yang harusnya sudah dewasa.
Saat malam pergantian tahun , pikiranku kembali teringat ‘Kesepian’ , ‘rindu berlebihan’, dan ‘kekosongan’ yang sering terjadi di tahun kemarin membuatku sadar . Seharusnya aku lebih, dan lebih bersyukur.  ‘Kesepian’ , ‘rindu berlebihan’, dan ‘kekosongan’ mungkin akan hilang jika aku lebih mensyukuri apa yang terjadi pada diriku. Mensyukurinya karena hal itu tak lebih menyusahkan dari yang orang lain rasakan. 

Hidup ini tak sesederhana yang kita pikirkan tetapi dalam menjalani hidup kita harus sederhana. Memikirkan sesuatu yang penting memang penting tetapi lebih penting lagi kita tak terlalu mementingkan apa yang terlalu kita pikirkan. Itulah kata-kata yang langsung terlintas begitu melihat hujan pagi yang semakin awet di hari pertama tahun baru. Semoga kata-kata ini membuat tahun ini lebih bermakna dari tahun kemarin dan lalu J amin. 皆さん、新年明けまして、おめでとう。


2013年1月1日
10:40

2 comments:

ありがとう