Aku merutuki diriku sendiri. Kenapa aku memberikan surat cinta pertamaku
pada Kak Khama? Padahal nama yang tertulis di amplop itu adalah Kak Abai, wakil
ketua MPK. Sungguh cerobohnya aku ini. Entah apa reaksi Kak Khama bila tahu
nama di amplop itu adalah Kak Abai. Apalagi surat cintaku itu hanya berisi
tulisan NO COMMENT. Padat, singkat, dan memalukan.
Ini semua gara-gara tugas MOS yang judulnya, "Surat Cinta Untuk Kakak
Kelas." Sungguh kurang kerjaan dan membuat orang malu aja. Ya,
seperti aku ini. Surat cinta pertamaku pun kandas dengan memalukan. Dan
sekarang aku hanya tinggal menunggu Kak Khama datang memarahiku.
Lima menit kemudian, Kak Khama akhirnya datang ke kelasku.
“ Yang namanya Runi mana?” Tanya Kak
Khama dengan nada datar tanpa marah sedikitpun. Malah terkesan ingin ketawa.
Fiuh, untunglah Kak Khama tak marah padaku.
“ Run, kamu dipanggil tuh. ” Wini menyikutku.
Aku pun langsung mengangkat tanganku dengan ragu-ragu.
Lalu, Kak Khama menghampiriku. “ Nih surat kamu tak kembaliin. Sana kasihin
sendiri ke Kak Abai.” Kak Khama lantas menaruh surat cinta pertamaku itu di
atas mejaku.
“ Tapi kan dah dibaca Kak Khama. ” Aku mencoba membela diri.
“ Yah isinya cuman No Comment doang juga. Gak penting-penting amat. Dah
sana kasihin ke Kak Abai, “ ucapnya sebelum keluar kelas.
Wini, teman sebangkuku langsung tertawa terbahak-bahak. “ Hahaha...surat
cinta Runi ditolak! Hahaha... ”
Huh,sebel!!Mentang-mentang dia sukses memberikan surat cintanya pada Kak
Abai, dia jadi ngeledekin aku deh!
“ Hahaha...kasihan banget sih kamu,” ledeknya.
Dasar mulut comberan!! Aku jadi gemas sama Wini sampai-sampai aku mencekiknya ( sebatas becanda).
Syukurin!!
“ Ampun, Run. Uhuk,uhuk,uhuk...” Wini menyerah.
“ Gak akan kuampuni! ” Aku masih mencekiknya.
“ Runi! ” Tiba-tiba suara itu memanggilku.
Aku pun langsung melepas cekikanku. Aku takut barangkali yang memanggilku
tadi itu adalah bapak atau ibunya Wini. Bisa-bisa aku dipenjara dan nanti di
koran ada berita berjudul ,"GADIS BARU MASUK SMA TEMPRAMENTAL MENCEKIK TEMANNYA
SENDIRI HINGGA TEWAS." Aku jadi bergidik ngeri membayangkannya.
Ternyata, yang memanggilku adalah Kak Khama. Aku kira siapa.
“ Runi, jangan lupa kasihin ke Kak Abai lho! ” Kak Khama kembali
memperingatkanku.
Rupanya, dia masih ingat. Aku kira sudah lupa. Aku saja sudah lupa. Maklum
processorku agak lambat, hehehe... But wait...kenapa dia terus memperingatiku?
Aku kan bukan anak kecil.
“ Kamu denger gak sih omonganku? “ Kak Khama sedikit marah karena
perkataanya tadi tak kugubris.
“ Iya, Kak. Aku denger. ” Aku kan punya kuping, batinku.
“ Inget! Harus dikasihin ya...” Ucapnya sebelum lenyap dari pandanganku.
Kenapa sih harus dikasihin lagi? Kan suratnya udah dibuka. Udah ah tidak
usah dikasihin aja. Kak Khama kan tidak bakalan tau.
Semenjak kejadian itu aku jadi sering bertemu dengan Kak Khama. Entah saat
olahraga, saat ke kantin, saat ke perpustakaan, saat ke kantor guru, dan
lain-lain. Seperti juga hari itu, aku dan temanku, Prati janjian mau
ke warnet. Sebelum ke warnet kami sepakat untuk makan mi ayam di kedai
depan sekolah. Tetapi karena kedai mi ayamnya sedang ramai, kami akhirnya ke
warnet dulu.
Satu jam kemudian, kami pun ke kedai mi ayam. Untunglah kedainya sepi. Tetapi,
dalam hitungan detik hipotesisku salah besar. Besar sekali. Entah karena
kebetulan atau apa, Ketua OSIS dan Ketua MPK datang ke kedai juga. Ketua OSIS
itu tak lain dan tak bukan adalah KAK KHAMA. Dan Ketua MPK itu adalah Kak
Tada. Dan kebetulannya lagi mereka duduk di bangku kami saat kami mengambil jus
yang kami pesan di kedai minuman samping kedai mi ayam. Aku jelas terperanjat
kaget. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang aneh menyelinap di hatiku dan hilang
kembali. Prati terlihat tak senang karena bangku kami diduduki tanpa minta izin
terlebih dahulu. Apalagi tas kami dipinggirkan sembarangan. Aku pun mencoba
memberanikan diri mengingatkan Kak Khama dan Kak Tada.
“ Maaf, Kak. Tadi ini tempat kita. ” Ucapku berusaha sopan.
“ Oh sori ya. Silakan duduk. “ ucap Kak Tada lembut sambil pindah ke bangku
depan kami, di samping Kak Khama.
Tentu saja aku dan Kak Khama kini duduk berhadapan. Tetapi, kami saling
memalingkan muka. Mungkin karena sama-sama canggung. Aku mencoba mengobrol
dengan Prati. Sialnya, dia sedang ber-sms ria entah dengan siapa. Untungnya,
ada jus melon di depanku. Aku pun langsung menyeruputnya untuk menutupi
kekurang kerjaanku. Sambil menyeruput jus melonku, aku melirik ke Kak Khama
yang sedang mengobrol dengan cewek yang tak kuketahui namanya. Kelihatannya
mereka sangat akrab karena disela-sela pembicaraan mereka diselingi canda dan
tawa. Entah karena apa aku sedikit cemburu pada cewek itu.
Setelah beberapa menit mengobrol, cewek itu pun pergi. Hanya tinggal aku,
Prati, Kak Tada, dan Kak Khama yang ada di kedai itu. Aku kembali mengajak
Prati ngobrol tetapi hasilnya nol besar karena dia masih asyik memencet-mencet
N70 miliknya. Tak bisa diandalkan!!!
Aku kembali menyeruput jus melonku yang tinggal setengah gelas. Tiba-tiba
saja aku merasa Kak Khama menatapku. Rasa yang aneh langsung menyergap hatiku. Rasa
itu seperti rasa canggung yang sangat parah.
“ Kamu Runi kan? “ Tanya Kak Khama ragu.
Aku mengangguk canggung. Sialan!!! Kenapa aku jadi canggung? Biasanya
kan aku santai-santai aja.
“ Kok kamu tahu? Jangan-jangan kamu liat badge namanya ya? “ Kak Tada
curiga. Dia lalu melihat badge namaku dan Prati.
“ Aku gak liat badge namanya kok. Cuman aku masih inget banget anak ini
soalnya dia pernah ngasih surat ke aku. “ paparnya sambil menatapku penuh arti.
Huh, rupanya Kak Khama masih inget insiden surat cinta pertamaku. Aku kan
jadi malu. Sangat malu. Sampai-sampai kepalaku masuk ke leher.
“ Surat apaan hayooo?? Suit, suit, suit ..., ” goda Kak Tada padaku dan Kak
Khama.
Aduh, apa-apaan sih Kak Tada. Aku kan jadi tambah malu.
“ Orang cuma surat cinta biasa, “ jawab Kak Khama yang langsung membuatku
malu stadium akut.
“ Idih-idih adik kelas naksir kakak kelas nih ye. Pake surat cinta lagi. So
sweet banget, ” ledek Kak Tada padaku.
Bukannya membantuku, Prati malah asyik menyedot jus mangganya sambil
mengutak-ngatik handponenya. Huh, tak bisa diandalkan!!!
“ So sweet dari Hongkong. Kalo kamu tahu isi surat itu apaan, kamu bakalan
nyesel bilang so sweet. ”
Oh my God! Jangan-jangan Kak Khama akan membeberkan insiden surat cinta
pertamaku?!? Jangan beberkan, Kak. Aku mohon.
“ Emang apaan sih isinya? “ tanya Kak Tada penasaran.
Jangan jawab, Kak.Jangan buat aku mati karena rasa maluku yang sudah parah
ini. Aku mohon. Jangan jawab, batinku.
“ Isinya cuman NO COMMENT doang! Bayangin surat cinta tapi isinya cuman NO
COMMENT doang?!? Hahaha ...” Kak Khama tertawa. Kak Tada juga tertawa
terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.
Apanya sih yang lucu??? Hal memalukan gini kok lucu sih? Menyebalkan!!!
***
Tak dapat disangkal kejadian itu membuatku sangat malu. Tetapi, dengan
adanya kejadian itu, Kak Khama jadi mengenalku. Ada sedikit rasa senang dan
perasaaan aneh mengendap di hatiku. Perasaan aneh itu benar-benar menyiksaku.
Gara-gara perasaan aneh itu aku tidak bisa tidur tanpa memikirkan Kak
Khama terlebih dahulu. Aku juga jadi berdebar-debar saat berada pada radius 1-2
meter dari Kak Khama. Aku khawatir. Jangan-jangan aku suka sama Kak Khama???
Nah, untuk menguji hipotesisku itu, aku akan coba menyapa Kak Khama. Jika
aku biasa-biasa saja berarti aku tidak suka dengan dia. Tetapi, jika aku berdebar-debar tidak karuan, berarti aku
postif suka dengan Kak Khama.
Kebetulan ada Kak Khama mau melewatiku. Dia sedang naik sepeda mini.
Jarakku dengannya kira-kira 7-9 meter tetapi aku sudah berdebar-debar tidak
karuan. Jangan-jangan aku beneran suka sama Kak Khama.
Kini jarakku dengannya 3-5 meter. Aku semakin deg-degan. Tetapi, aku
mencoba bersikap santai. Kak Khama semakin dekat denganku. Dan saat dia sangat
dekat denganku, rasa deg-deganku hilang jadi rasa kecewa dan perih karena
melihat Kak Khama memboncengkan cewek berkerudung. Aku tahu cewek itu. Kak Riri
namanya. Mereka terlihat sangat serasi. Apalagi mereka sangat akrab. Dan saat
mereka melewatiku yang sedang berdiri mematung, sayup-sayup kudengar,
“ Khama, jangan cepet-cepet. Ntar tak putusin baru tahu rasa. “
“ Cepet darimana sih, Ri? Ini tuh lamban tahu. ”
Pyar!!! Hatiku pecah berkeping-keping jadi serpihan kecil. Rasanya aku
ingin menghilang dari bumi yang kejam ini. Bukan. Bukan bumi yang kejam tetapi
aku yang bodoh. Sangat bodoh. Memang Kak Khama masih ingat denganku tetapi
bukan berarti dia belum punya cewek kan? Aku benar-benar gadis bodoh.
Sejak saat itu, setiap kali aku bertemu dengan Kak Khama, aku selalu
menghindar. Bila tidak sempat, aku pura-pura tidak melihat atau langsung memalingkan
muka. Aku tidak ingin sakit hati dan kecewa karena biasanya setiap kali bertemu
dengannya, pasti dia sedang bersama Kak Riri.
Selain karena sakit hati dan kecewa, aku juga merasa minder. Minder karena
Kak Riri itu cewek yang sempurna. Dia cantik, badannya bagus, ramah, pintar,
berwibawa, disukai guru dan orang banyak, agamanya kuat, dan selalu juara jika
ikut lomba.
Sedangkan aku??? Jika
aku dibandingkan dengan Kak Riri, aku langsung kalah telak. Kira-kira nilainya
seratus nol. Seratus buat Kak Riri dan nol buat aku tentunya. Aku pantas diberi
nilai nol karena aku ini kurus, jelek, bodoh, tidak berwibawa, tidak disukai
guru gara-gara aku suka cerita sendiri di kelas, dan jika ikut lomba pasti
kalah. Contohnya saat aku ikut lomba pidato Bahasa Inggris aku kalah sama anak
SD. Coba bayangkan??? Betapa tidak membanggakannya aku ini.
Sebenernya aku dulu tidak ada rasa suka sama Kak Khama. Tetapi gara-gara
kejadian di kedai mi ayam tempo hari, aku jadi suka sama Kak Khama. Dan biang
keladi dari semua yang terjadi antara aku dan dia adalah surat cinta
pertamaku yang isinya cuman NO COMMENT. Andai dulu aku tidak salah memberikan
surat itu, pasti aku tidak akan jadi suka sama Kak Khama. Pasti ceritanya tidak
akan sejauh ini. Dan yang pasti aku tidak akan sakit hati dan kecewa. Ya,
andai saja waktu bisa diulang. Tetapi, waktu tak bisa diulang .
Berlarut-larut dalam rasa kecewa pun percuma. Lebih baik melakukan hal positif
saja untuk melupakan Kak Khama.
Hal positif yang aku lakukan adalah mengikuti lomba mengarang cerpen
remaja. Selain karena bisa melupakan Kak Khama dan membanggakan diri sendiri,
hadiahnya juga lumayan. Lima juta buat juara pertama !!!
Hari-hariku pun kuisi dengan mengarang dan mengarang. Tak ada lagi waktu
untuk memikirkan Kak Khama. Walaupun kadang aku bertemu dengannya, aku harus
kuat untuk tidak menatap mukanya. Aku harus kuat. Kamu harus kuat Runi,
batinku pada diri sendiri.
Sekian lama aku mengarang, maka jadilah satu cerpen yang berjudul " MY
FIRST LOVE LETTER." Cerpenku itu terinspirasi dari diriku sendiri.
Ceritanya hampir mirip dengan cerita antara aku dan Kak Khama. Bedanya, aku di
cerpenku jadian sama Kak Khama sedangkan aku di dunia nyata sedang mencoba
melupakan Kak Khama.
Setelah mengirimkan cerpenku itu, hatiku deg-degan menunggu hasil
pengumuman lomba itu. Aku ingin jadi juara. Juara harapan juga tidak apa-apa
yang penting juara. Juara harapan pun hadiahnya lumayan. Hadiahnya satu juta.
Bisa buat beli handphone baru.
Kak Khama kembali menghantui hari-hariku. Kini setiap hari aku
selalu bertemu dengannya. Aku tak tahu kenapa. Mungkin dia sedang sibuk mengurusi
masalah serah terima jabatan Ketua OSIS. Dia kan udah kelas dua belas jadi
harus lepas dari OSIS. Setiap kali bertemu denganku, dia langsung menatap tepat
ke mataku. Tatapannya seolah menghardiku, ‘ Kenapa bertemu kamu lagi.’
Kenapa sih Kak Khama jadi begitu. Padahal setiap kali bertemu dengannya aku
selalu mencoba tak menghindar atau memalingkan muka. Jangan-jangan dia udah
tau aku suka sama dia ? Oh, no. Jangan berpikir macam-macam, Runi.
Seminggu berlalu, pengumuman hasil lomba pun telah keluar. Dan
hasilnya...Jreng,jreng,jreng...AKU JUARA TIGA!!! Senang banget deh akhirnya aku
bisa membanggakan diri ini. Untuk mensyukurinya, aku pun mentraktir
teman-temanku makan mi ayam di depan sekolah. Teman-temanku yang beruntung
adalah Wini, Prati, dan Liska.
Sayangnya, mereka mau kerja kelompok dulu baru makan. Akhirnya aku yang
menunggu mereka di kedai mi ayam.
Satu jam berlalu sudah. Tetapi mereka semua belum menampakan diri mereka. Uh,
lama banget sih!!!
Entah darimana asalnya, tiba-tiba saja Kak Khama ada di
hadapanku. Dia menatapku. Tetapi, kali ini tatapannya teduh.
“ Selamat ya kamu juara tiga di lomba mengarang cerpen, ” ucap Kak Khama
sambil tersenyum
Fiuh... Tak kirain mau marahin aku. Tapi kenapa dia bisa tahu?
“ Kenapa Kak Khama tahu? ” tanyaku heran.
“ Adik Kakak ikutan tapi kalah.”
“ Oh... “
“ Kakak udah baca cerpen kamu. Bagus banget. ”
“Oh...”
Gubrak!!! Kak Khama udah baca??? Berarti dia tahu perasaanku dong???
“ Tolong baca ini, “ pinta Kak Khama sambil menyerahkan sebendel kertas
padaku.
Aku hanya melongo.
“ Baca deh! “ ulangnya.
Aku pun langsung membacanya. Rupanya sebendel kertas itu adalah sebuah
cerpen buatan Kak Khama. Judulnya membuatku langsung terperanjat kaget. Kamu
tahu kenapa? Soalnya judul cerpen itu adalah " SURAT CINTA DARI ADIK KELAS."
Isinya juga membuatku bertambah kaget. Isi cerpen itu menceritakan tentangku
dan dia dari sudut pandangnya. Jadi, Kak Khama juga suka padaku ?
“ Jadi? ” tanyaku bingung. Tentu saja aku bingung kenapa Kak Khama
memberikan cerpen itu padaku.
“ Seperti di akhir cerpen itu,” Dia
tersenyum.
Aku pun langsung membaca paragraf akhir cerpen itu.
Kini tak ada lagi palingan muka dari adik kelasku. Yang ada hanya sebuah
senyuman. Senyum karena cintanya dibalas
olehku. Ya, Aku tahu hariku kini akan seindah pelangi sore. Sangat indah.
Karena dihiasi senyum manis adik kelasku.
Aku menatap Kak Khama. Dia balas menatapku sambil tersenyum manis. Aku pun
ikut tersenyum malu-malu. Aku tak tahu harus berbuat apa. Yang jelas aku sangat
senang karena Kak Khama suka padaku juga. Tapi, gimana dengan Kak Riri?
“Lalu, Kak Riri? ” tanyaku tanpa
sadar. Ups...
“ Dia cuman saudara jauhku yang baru nyambung setahun yang lalu. Kakeknya
sama Kakek Kakak, kakak beradik, “ jawabnya penuh pengertian.
Aku manggut-manggut.
“ Kamu pulangnya mau Kakak anter? “
Aku mengangguk malu-malu. Baru pertama kalinya ada cowok mau nganterin
aku pulang. Ini semua berkat surat cinta pertamaku. Walaupun dulu aku
pernah menyesalinya tetapi kini aku malah berterima kasih pada surat cinta
pertamaku. Terima kasih ya, surat cinta pertamaku...
Akhirnya alunan musik cintaku pun dimulai dari sini dan dari sekarang.
Bagaimana dengan alunan musik cinta kalian? Semoga sepertiku juga.
***
Di kedai mi ayam...
“ Kemana sih Runi katanya mau mentraktir kita makan mi ayam kok dianya
malah gak ada, ” gerutu Wini.
“Jangan-jangan dia lupa gak bawa uang terus kabur, ” tambah Prati.
“Gak, palingan dia lupa. Dia kan lupanya stadium akut, “ tambah Liska.
“O iya, ya... Hahaha...” Wini dan Prati tertawa. Liska pun juga.
Gubrak!!! Aku lupa mau mentraktir mereka makan mi ayam. Maafin aku
ya...PEACE!!!
Berdasarkan
kejadian 16 Juli 2008 dengan banyak perubahan.
*komen ya kalo mau ngopy^^